Makna Nasionalisme di Tengah Bendera Bajak Laut: Perspektif Generasi Muda

Opini15 Dilihat
banner 468x60

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, ruang publik kita kembali dipenuhi simbol-simbol nasional: bendera merah putih, umbul-umbul, lomba-lomba rakyat, hingga musik kemerdekaan. Namun, tahun ini ada pemandangan yang berbeda. Di sejumlah daerah, terutama yang padat generasi muda, terlihat bendera bajak laut Jolly Roger berkibar di depan rumah, kos-kosan, bahkan warung kopi. Simbol tengkorak putih berlatar hitam yang berasal dari anime One Piece ini sontak menuai pro dan kontra di tengah masyarakat.

Sebagian kalangan mengecamnya sebagai tindakan tidak pantas, bahkan dianggap melecehkan makna perjuangan para pahlawan. Namun, sebagai bagian dari generasi muda yang tumbuh bersama budaya populer, saya melihat fenomena ini secara berbeda. Pengibaran bendera Jolly Roger bukanlah bentuk penghinaan terhadap kemerdekaan. Justru sebaliknya, itu merupakan ekspresi kebebasan dan semangat perlawanan yang sangat kontekstual dan relevan dengan tantangan zaman ini.

banner 336x280

Nasionalisme Tidak Harus Kaku

Nasionalisme generasi muda hari ini tidak lagi selalu diwujudkan dalam bentuk upacara formal atau slogan-slogan kosong. Ia mengambil rupa yang lebih cair, fleksibel, dan sering kali bercampur dengan referensi budaya global. Anime seperti One Piece hadir bukan sekadar hiburan, melainkan menjadi ruang tumbuhnya nilai-nilai seperti solidaritas, keberanian, dan keadilan.

Bagi saya, Jolly Roger bukan simbol kejahatan seperti dalam sejarah bajak laut konvensional. Dalam konteks One Piece, bendera ini adalah lambang perjuangan tokoh utama, Monkey D. Luffy, yang menolak tunduk pada sistem yang menindas. Ia berlayar bukan untuk menjarah, melainkan untuk mengejar mimpi besar: menjadi Raja Bajak Laut sebagai simbol kebebasan tertinggi. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan semangat kemerdekaan Indonesia, yang juga lahir dari keberanian menentang penindasan kolonial.

Pengibaran bendera Jolly Roger di tengah-tengah perayaan kemerdekaan, menurut saya, adalah simbol bagaimana generasi muda berusaha mengartikulasikan makna kemerdekaan dalam bahasa mereka sendiri. Mereka tidak sedang melawan negara, tetapi sedang mencari cara untuk merasa terhubung dengan sejarah bangsanya lewat medium yang mereka pahami dan maknai.

Budaya Pop sebagai Ruang Baru Nasionalisme

Budaya populer telah menjadi medan baru tempat generasi muda mengekspresikan aspirasi politik dan sosial mereka. Lewat anime, musik, film, bahkan media sosial, identitas kebangsaan tidak hanya diwarisi, tetapi juga dirumuskan ulang. Nasionalisme tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang statis dan sakral, melainkan sebagai nilai yang hidup dan berkembang, seiring dengan perubahan zaman.

Ini bukan hal baru. Di masa lalu, nasionalisme diekspresikan melalui lagu-lagu perjuangan, teater rakyat, hingga film-film propaganda. Kini, giliran budaya digital mengambil peran. Mengapa kita tidak bisa melihat bendera Jolly Roger sebagai bentuk protes halus terhadap ketimpangan, korupsi, atau sistem yang tidak berpihak tema-tema yang juga diperjuangkan dalam kisah One Piece?

Ajakan untuk Lebih Bijak

Daripada tergesa-gesa menghakimi atau melabeli ekspresi ini sebagai bentuk penyimpangan, saya mengajak kita semua khususnya para orang tua, pendidik, dan pejabat publik untuk membuka ruang dialog dengan generasi muda. Tanyakan, bukan hanya apa yang mereka tonton, tetapi apa yang mereka pelajari dari itu semua. Mungkin dari situ, kita bisa menemukan bahwa nilai-nilai kemerdekaan tetap hidup, hanya saja dengan cara yang tidak lagi sama.

Pengibaran Jolly Roger memang tidak sepatutnya menggantikan posisi simbol negara. Tapi ia bisa menjadi pelengkap narasi: bahwa cinta tanah air bisa muncul dalam berbagai bentuk bahkan dalam layar anime. Dan selama semangatnya adalah keberanian, keadilan, dan kebebasan, saya percaya nilai itu layak dihormati, bukan dicurigai.

Kemerdekaan bukan hanya tentang mengingat masa lalu, tetapi juga tentang memahami masa kini dan menata masa depan. Jika generasi muda memilih Jolly Roger sebagai cara mereka mengekspresikan kemerdekaan, mari kita lihat itu sebagai cermin. Cermin yang menunjukkan bahwa nasionalisme bukan milik satu generasi, tapi warisan yang terus ditafsirkan ulang dari bambu runcing ke bendera bajak laut.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *